06.15
Akibat Gempa, Khawatir Longsor
TASIK– Gempa tektonik berkekuatan 7,3 skala richter Selasa (2/9), berdampak pada pergerakan tanah di bibir kawah Gunung Galunggung. Akibatnya bibir kawah Galunggung retak. Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang berada di Kecamatan Padakembang, menemukan retakan tanah sepanjang 350 meter dan lebar 0,5 sentimeter melingkar di bibir kawah. Kondisi tersebut rentan memicu longsoran tanah, jika retakan terisi air hujan.
Anggota pengamat Gunung api Galunggung, Ucu Insan Kamil mengaku mengetahui kejadian tersebut dari laporan warga setempat. Namun, untuk memastikan potensi gerakan tanah di bibir kawah serta adanya potensi longsor, kata Ucu, harus dipastikan melalui penelitian lebih lanjut dari tim ahli peneliti pergerakan tanah Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Provinsi Jawa Barat. “Kemungkinan (penelitian) akan dilakukan satu atau dua hari kedepan,” ungkapnya kepada Radar, tadi malam.
Menurut Ucu, retakan tanah tersebut baru muncul setelah gempa. Pasalnya dari data terakhir pengamatan rutin oleh tim pengamatan Gunung Api Galunggung Minggu lalu, retakan tersebut tidak terlihat.
Apakah retakan itu bisa menyebabkan longsoran tanah ke objek wisata di bawahnya? Ucu mengatakan longsoran tanah akan jatuh ke kawah. Sebab, bibir kawah memiliki sudut kemiringan lebih curam daripada punggungnya. “Namun jika longsoran tanah jatuh ke danau dan menutup inlete (saluran pembuangan air, red), bisa menyebabkan gelombang air besar seperti peristiwa Situ Gintung. Gelombang tersebut mengalir ke Sungai Cikunir dan Cibanjaran,” ungkap Ucu.
Mengantisipasi adanya hal-hal yang tidak diinginkan, Pos pengamatan Gunung Api Galunggung menyarankan agar pemerintah menutup sementara akses pengunjung dan masyarakat ke kawah. Apalagi, sejak satu bulan terakhir, gempa vulkanik di Gunung Galunggung terus terjadi. Yakni satu kali berturut-turut pada Sabtu (1/8), Minggu (2/8), Senin (10/8) dan Selasa (11/8). Kemudian tiga kali pada Sabtu (15/8) dan berturut-turut satu kali pada Rabu (19/8), Sabtu (22/8), Senin (24 dan 31/8), dan satu kali pada Selasa (1/9). “Gunung Api Galunggung masih berstatus aktif normal,” pungkas Ucu.
Secara terpisah, aktivis lingkungan Dzulfakor, Usep menyatakan sempat berdialog dengan para kepala desa se-Kecamatan Padakembang membahas kodisi Gunung Galunggung saat ini. Menurut Usep, adanya retakan tanah di bibir kawah tak lepas dari aksi ekploitasi pasir di kawasan Cipanas Galunggung. Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya belum pernah bersuara tentang kondisi di Galunggung. “Seharusnya ada keputusan pelarangan ekploitasi di Galunggung seperti pasir,” ungkapnya.
Hal sama juga diungkapkan aktivis lingkungan Dzulfakor lainnnya, Abu. Menurutnya, jika retakan tanah terus membesar ketika hujan turun, bibir kawah bisa jebol. Luapan air kawah dan longsoran tanah dari bibir kawah setidaknya bisa menyapu dua desa terdekat, yakni Desa Linggajati dan Sinagar.
“Dalam waktu dekat kami berencana menggelar dialog dengan masyaralat Kecamatan Sukaratu tentang kondisi dan dampak kerusakan di Galunggung,” ungkap abu.