05.50
SURABAYA, KOMPAS.com — Isu mundurnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dinilai sebagai manuver politik untuk check sound atau mengukur popularitas.

Jika hasil check sound itu positif, dimungkinkan, Risma akan memilih jalur independen untuk maju dalam pemilihan wali kota tahun depan.

Penilaian tersebut disampaikan pengamat hukum Univeristas Airlangga, Surabaya, Wayan Titi Sulaksana, dalam diskusi publik bertema "Di Balik Fenomena Risma" di Surabaya, Rabu (26/2/2014).

Wayan mengatakan, manuver tersebut dilakukan saat Risma merasa memperoleh tekanan dari partai pengusungnya, PDI-P.

"Jika hasil check sound-nya seperti ini, bukan tidak mungkin Risma akan maju melalui jalur independen dalam Pilwali 2015 mendatang karena pendukungnya sudah banyak, bahkan bukan hanya dari warga Kota Surabaya sendiri," ujarnya.

Karakter Risma, kata Wayan, adalah murni seorang birokrat yang cara berpikirnya hanyalah bekerja dan bekerja. Risma tidak biasa diikat dengan kebijakan partai yang kadang bertolak belakang dengan keinginan dan hati nuraninya.

Wayan secara pribadi dan sebagai warga kota sangat mendukung jika Risma tetap menjadi pemimpin sampai akhir masa jabatannya. Namun, Wayan tetap mengkritik cara berpolitik Risma. Etika politik Risma masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari cara dia menyikapi masalah pengangkatan wakilnya yang dinilai tidak prosedural.

"Harusnya Risma menyelesaikan masalahnya itu dengan internal PDI-P, tidak justru lari ke Jakarta untuk mengadu ke politisi Partai Golkar," pungkasnya.


 Sumber:http://news.okezone.com