05.53


BREBES, KOMPAS.com - Rhoma Irama berkomentar soal gelar profesor yang mengapit namanya di salah satu baliho miliknya.

Saat berada di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, untuk meresmikan posko tim pemenangan Rhoma Irama For Presiden Republik Indonesia (Riforri), Rabu (26/2/2014), Rhoma menilai sah-sah saja embel-embel profesor dipasang di namanya.

"Karena mereka tahu dari media sejak 2005 bahwa saya Professor In Music," kata Calon Presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.

Rhoma menceritakan, bahwa dirinya mendapatkan gelar profesor dari American University Hawai di tahun 2005 oleh 3 orang profesor yang datang ke Taman Mini. Pemberian gelar tersebut lantaran dirinya dianggap sebagai guru besar musik dangdut di Indonesia.

"Mereka yang memberi gelar kerena menilai Rhoma ialah guru besar musik, jadi diberi gelar Professor In Music," tambah Rhoma sambil mengakhiri wawancara.

Di Bumiayu, Brebes, selain meresmikan posko pemenangan, Rhoma menghadiri acara tabligh akbar dalam rangka maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Bumiayu bersama ribuan warga.

Pencantuman gelar profesor sebelum nama Rhoma Irama di salah satu balihonya di Jakarta, menjadi perbincangan hangat di media sosial. Baliho itu dilengkapi tulisan "Presiden Kita Bersama Prof Rhoma Irama".

Padahal, profesor merupakan jabatan fungsional paling tinggi bagi dosen. Profesor bukanlah gelar akademik karena, untuk mendapatkannya, seseorang mesti mengajar di kampus.

Dalam Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan, guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.


Sumber:http://news.okezone.com